Obat dan Terapi Kista, Mioma, Endometriosis, Benjolan Payudara dan Tumor Selain Operasi
Tampilkan postingan dengan label Alat Kontrasepsi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Alat Kontrasepsi. Tampilkan semua postingan

Bagaimana Bujuk Pacar agar Gunakan Kondom?



T. Kawan pria saya menolak untuk menggunakan kondom sebagaimana dia mengatakan dia tidak bisa merasakan ketika dia pakai. Bagaimana saya dapat membujuknya untuk menggunakan kondom?

J. Anda bisa memintanya memakai kondom yang tidak terlalu ketat agar sensasi masih terasa. Anda berdua harus mendiskusikan masalah seks yang aman dan risiko kehamilan yang akan mempunyai dampak sangat berbeda dengan mengurangi transmisi penyakit serta kontrasepsi yang secara seksual ditransmisikan. Sebagai contoh, pil kontrasepsi oral bisa mengurangi risiko kehamilan, tetapi tidak mengurangi transmisi penyakit yang secara seksual ditransmisikan./*
(Kompas,Rabu, 10/12/2008)

Kencan Tanpa Kondom, Jangan-jangan Kena PMS



T. Saya berusia 25 tahun dan sebulan lalu melakukan kencan semalam dengan seorang wanita. Saya tidak memakai kondom, jadi sekarang saya khawatir kalau-kalau saya tertular penyakit kelamin (penyakit menular seksual/PMS). Haruskah saya melakukan tes darah walaupun saya tidak melihat gejala apa-apa?

J. Ya, Anda harus melakukan tes jika khawatir karena kebanyakan penyakit kelamin menular tidak menunjukkan gejala apa-apa, jadi tes bisa membuat Anda lebih tenang. Sementara itu, sebaiknya Anda tidak melakukan hubungan seks dengan pasangan yang lain untuk berjaga-jaga agar tidak menulari atau tertular sebelum menerima hasil tes. (kompas,Jumat, 25/7/2008)

Kontrasepsi Darurat, Apa Maksudnya?


T. Apa yang dimaksud dengan kontrasepsi darurat? Bagaimana cara kerjanya dan dimana saya bisa mendapatkannya?


J. Kontrasepsi darurat atau yang biasa disebut morning after pill adalah pil hormon tingkat tinggi yang diminum untuk mengontrol kehamilan sesaat setelah melakukan hubungan seks yang berisiko. Pada prinsipnya pil tersebut bekerja dengan cara menghalangi sperma berenang memasukki sel telur dan memperkecil terjadinya pembuahan. Diperlukan resep dokter untuk mendapatkan pil ini.(Kompas,Kamis, 4/12/2008)

Takut Pecah, Tolak Gunakan Kondom

T. Kawan saya mengatakan pacarnya menolak untuk menggunakan kondom karena penisnya yang besar bisa memecahkannya. Saya sendiri tidak percaya kalau penis yang terlalu besar bisa memecahkan kondom sehingga butuh kondom dobel. Mungkinkah itu terjadi?

J. Seperti juga kaus, kondom juga mempunyai ukuran. Teman Anda mungkin bisa menggunakan ukuran yang besar, tetapi tidak ketat dan bisa membuat peningkatan perasaan di sekitar penis selama seks. Perlu diingat, kondom terbuat dari lateks yang sangat kuat juga elastis. Kondom yang dipasarkan saat ini telah menjalani tes elastisitas dan kekuatan sehingga sebesar apa pun barang yang masuk tak akan merusak atau memecah kondom.(Kompas,Sabtu, 24/1/2009)

Usai Vasektomi, Kok Sakit?

T. Beberapa minggu lalu, suami saya menjalani operasi vasektomi. Sekarang, setiap dia orgasme, selalu merasakan sakit. Haruskah kami khawatir, ataukah ini gejala normal?

A: Sakit paska vasektomi memang diakui dan dilaporkan terjadi. Bagaimanapun, ada banyak kemungkinan yang dapat menyebabkan sakit. Saya sarankan Anda kembali ke dokter yang telah melakukan vasektomi untuk suami Anda untuk meninjau kasus ini. Anda tidak perlu khawatir. Yang penting, sekarang ini kemungkinan penyebabnya perlu diketahui dahulu sebelum menangani sesuai aplikasi dokter.(Kompas,Rabu, 4 Februari 2009)

12 Alasan Pakai Kondom

MENURUT Dr. Nafsiah Mboi, menggunakan kondom untuk mencegah tertularnya penyakit seksual menular (PMS) memang tindakan minus malum, artinya keputusan yang paling baik (meski keputusan itu pun belum ideal baiknya) di antara keputusan lain yang tidak baik.

Namun, lebih dari itu menggunakan kondom ternyata tidaklah menghambat seseorang untuk menikmati orgasme dan nikmatnya seks. “Semua tergantung dari kita. Kita hanya perlu membiasakan diri saja,” jelas Dr. Nafsiah.

Sebab itu, berikut ini ada 12 alasan yang menguatkan kita kenapa harus menggunakan kondom:
1. Perlindungan diri. Bila dipakai dengan benar dan konsisten melindungi diri dari penyakit menular seksual dan HIV
2. Keluarga Berencana. Salah satu pilihan yang aman terpercaya untuk mencegah kehamilan apalagi zaman sekarang Indonesia sedang mengalami baby booming. perencanaan keluarga berencana perlu digalakkan lagi.
3. Sangat paktis. Mudah dibawa.
4. Semua orang bisa pakai dan tidak ada efek samping.
5. Mudah Digunakan. Di tiap kemasan ada petunjuk pemakaiannya.
6. Menyenangkan. Pemakaian kondom bisa jadi bagian dari foreplay.
7. Dapat diandalkan. Setiap potong kondom harus lulus uji elektronis dan memenuhi Standar Mutu Internasional, ISO 4074.
8. Aman. Kondom lateks tidak bepori seperti sudah dibuktikan dalam penelitian di laboratorium. Dapat mencegah pertukaran cairan tubuh. Anda tak perlu khawatir akan bocor.
9. Seksi. Bisa tahan lama, sehingga dapat meningkatkan kepuasan dalam bercinta
10. Terjangkau karena harganya murah.
11. Berpelicin.
12. Banyak Pilihan. Ada berbagai bentuk, ukuran dan aroma kondom yang bisa digunakan.
(kompas,Sabtu, 6/9/2008)

Banyak Pria Keluhkan Ukuran Kondom


Seks rekreasi mestinya tidak hanya mengutaman kenikmatan tapi juga keselamatan. Karena itu penggunaan alat kontrasepsi menjadi pilihan. Dalam hal ini, ukuran kondom yang tidak pas diklaim bukan cuma berpotensi menularkan penyakit menular seksual (PMS) tapi juga mengurangi kenikmatan seks.

Hal itu diungkapkan mayoritas pria pengguna kondom dalam survei yang dilakukan situs Kinsey Institute for Research in Sex, Gender and Reproduction.  436 pria usia 18 - 67 tahun yang terlibat dalam survei ditanyakan apakah kondom yang selama ini mereka pakai saat bercinta dengan lawan jenis memiliki ukuran yang pas.

Sebanyak 45 persen mengatakan dalam tiga bulan terakhir ini mereka menggunakan kondom yang ukurannya kurang pas. Para pria tersebut mengatakan kondom yang dipakai itu seringkali bocor atau terlepas. Para pemakai alat kontrasepsi berbentuk sarung itu juga mengeluhkan iritasi. Keluhan-keluhan seperti itu tidak ditemui pada pria yang mengatakan ukuran kondom yang dipakai pas dengan "alat tempurnya."

Ungkapan bahwa karet (baca: kondom) tak akan pernah bisa menandingi sensasi kulit tampaknya ada benarnya. Pasalnya, para pengguna kondom dengan ukuran tidak pas tersebut mengatakan tidak bisa memuaskan diri sendiri dan pasangannya. Bahkan, banyak pasangan mereka yang mengatakan sulit mencapai orgasme.

Karena tak mendapatkan kenikmatan, mayoritas responden mengatakan mereka melepas kondom sebelum hubungan seks berakhir. Padahal, tanpa alat kontrasepsi, "rekreasi di ranjang" ini akan terus diselimuti rasa takut dan was-was, antara takut hamil atau tertular PMS. Nah, pada bagian ini kita mesti berhati-hati. Stres yang berkelanjutan dapat mematikan potensi seksual seseorang.

Para peneliti dalam survei ini menulis dalam jurnal Sexually Transmitted Infections bahwa keluhan ini harus diperhatikan oleh para produsen kondom. Mungkin selain membuat kondom dengan sensasi rasa dan bentuk, perlu dibikinkan juga kondom dalam berbagai ukuran yang bisa disesuaikan dengan panjang pendeknya Mr.P seseorang. (Kompas,Selasa, 16/2/2010)

Beda Kontrasepsi, Beda Pula Efek Sampingnya

SELAIN faktor kenyamanan, dalam memilih alat kontrasepsi, kita juga harus jeli mempertimbangkan plus-minusnya.

Kondom misalnya, unggul dalam hal kepraktisan dan efektivitas. Kondom juga bisa mencegah penularan penyakit kelamin. Tapi, pada orang-orang tertentu, karet kondom bisa rnenimbulkan reaksi alergi. Ujungnya, kelamin bisa lecet dan luka.

Kita harus lebih waspada lagi bila memilih kontrasepsi hormonal. Pada metode oral atau pil, efek posititnya adalah haid menjadi lebih teratur dan mengurangi kram perut saat haid. Efek negatifnya, payudara kencang dan sakit, mual, muntah, depresi, serta berat badan naik.

Memang, kini sudah ada pil KB yang tidak menyebabkan kegemukan. Tapi, "Harganya lumayan mahal. Kalau pil biasa sekitar Rp 40.000, pil ini mencapai Rp 200.000 untuk sebulan," ujar M. Lutfi Alkaff, Ginekologi di RS dr. Sardjito, Yogya.

Adapun cara suntik memiliki kelebihan karena diberikan tiga bulan sekali. Jadi, bisa menekan risiko lupa minum pil atau telat. Tapi, seperti halnya pil, suntik hormon juga bisa memicu kegemukan. Selain itu, menstruasi menjadi tak teratur dan waktu pemulihan kesuburan yang agak lambat.(Kompas,Rabu, 17/12/2008)

Busyet! Hanya 27 Persen Remaja Ngerti Kondom

Sebuah data yang agak mengejutkan diungkap oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pasalnya, di kalangan remaja Indonesia, hanya 27 persen yang mengetahui kegunaan kondom. Dari 27 persen itu, satu persen di antaranya mengaku pernah menggunakannya.

Data itu diungkapkan Kepala BKKBN Sugiri Syarief dalam jumpa pers mengenai akan diselenggarakannya Jakarta Youth Fiesta 2008, di Jakarta, Kamis (30/10) malam.

Kondisi tersebut terbilang mengkhawatirkan, sebab di tengah keytidak tahuan remaja mengenai alat kontrasepsi, beberapa penelitian justru menyebutkan bahwa 21-30 persen remaja Indonesia di kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta telah melakukan hubungan seks pranikah.

Sehingga, ketidaktahuan ini dapat memicu kelahiran yang tidak inginkan yang diikuti dengan meningkatnya kasus aborsi, yang setiap tahunnya diperkirakan mencapai 2,3 juta - 3 juta kasus. "Menurut data Perhimpunan Obsteri dan Ginekologi, dari dua juta kasus aborsi, sekitar 700 ribu di antaranya dilakukan secara sengaja (induce)," kata Sugiri. (Kompas,Jumat, 31/10/2008)

Coca Cola untuk Kontrasepsi?


KEYAKINAN bahwa coca cola bekerja sebagai pembunuh sperma (spermisida) hanyalah mitos belaka meski ada banyak yang percaya. Seorang ilmuwan, Deborah Anderson dalam sebuah artikel yang terpublikasi di British Medical Journal, Kamis menyebutkan bahwa penyemprotan (douche) Coca cola kadang-kadang digunakan di tahun 1950-an dan 1960-an di Amerika karena dipercaya kadar asam minuman ini dapat membunuh sperma.

Minuman ringan berkarbonasi yang digunakan untuk douche masih digunakan sebagai kontrasepsi usai berhubungan seks di beberapa negara miskin, ujar profesor ahli obstetrik dan ginekologi (kandungan) di Harvard Medical School.

Namun, kata Anderson, tidak ada bukti yang menyatakan bentuk kontrasepsi aneh ini bekerja efektif. Coke bukanlah spermisida yang sangat efektif. Apalagi sebelum disemprotkan, sperma yang bergerak lincah ini sudah berenang keluar menuju serviks terlebih dahulu.

Coca cola menghancurkan lapisan atas sel-sel dalam vagina dan menyebabkan para wanita penggunanya justru mudah terkena penyakit seksual menular.

Selain, tak berbahaya bagi sperma, pop soda ini justru menghilangkan bakteri baik, membuka jalan bagi masuknya jamur dan bakteri penyebab infeksi.

Eksperimen dengan teknik douche vagina lain menunjukkan peningkatan risiko peradangan pada pelvik dan munculnya kehamilan ectopic, telur yang telah dibuahi berada di luar uterus.
 Sumber : AFX , Kompas,Kamis, 18 Desember 2008

Khawatir Kondom Robek?

Upaya meningkatkan pemahaman dan penggunaan kondom adalah salah satu cara untuk mengatasi kehamilan tidak direncanakan dan infeksi menular seksual (IMS). Pada setiap hubungan seksual yang berisiko penularan IMS dan HIV, penggunaan kondom menunjukkan perilaku bertanggung jawab.

Kondom merupakan alat kontrasepsi yang sangat tipis dan relatif kuat. Biasanya yang dimaksud dengan kondom adalah kondom pada pria. Alat kontrasepsi ini digunakan dengan cara membungkus penis sehingga sperma yang keluar tidak tumpah ke dalam vagina melainkan di ujung karet kondom karena ada kantong kecil di ujungnya.

Kondom merupakan alat kontrasepsi yang cukup baik dalam mengurangi resiko kehamilan dan penyakit menular seksual. Meskipun kondom baik untuk mengurangi resiko kehamilan hingga 97 persen tapi tingkat keefektifannya hanyalah 80 - 90 persen saja, mengapa begitu? Salah satunya karena kondom bisa saja bocor saat dikenakan.

Untuk mencegah terjadinya kebocoran pada kondom sebaiknya lakukan tips berikut in :

1. Jangan memakai dua kondom sekaligus sebab pergesekan kedua kondom tersebut maka bisa merusak kondom.

2. Jangan menggunakan lubrikan yang berbasis oil seperti vaseline karena bisa meingkatkan resiko kerusakan kondom.

3. Lubrikan berbasis air jika digunakan terlalu banyak juga bisa menyebabkan resiko terjadinya kerusakan kondom.

4. Pastikan Anda memakai kondom yang berukuran tepat karena jika kekecilan atau kebesaran mungkin juga bisa menyebabkan kerusakan kondom.

5. Jangan memakai kondom yang sama dua kali karena selain tidak sehat, keefektifan dari proteksinya pun sudah berkurang meskipun anda mencuci kondom yang sama terlebih dahulu.
(Kompas,Sabtu, 10/10/2009 )

Kondom Manjakani, Seks Lebih Hot

KHASIAT buah Manjakani sebagai herbal yang dapat membantu elastisitas organ intim kewanitaaan sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu. Dengan pemanfaatan teknologi, khasiat Manjakani sekarang bukan saja dapat dirasakan oleh kaum Hawa, tetapi secara tidak langsung juga membantu kepuasan pria dan wanita saat behubungan intim.

Ya, faedah manjakani kini telah diaplikasikan dalam karet pengaman atau kondom yang dipakai pria saat berhubungan intim. Penggunaan ekstrak Manjakani dalam bentuk kondom pria ini memang sebuah terobosan baru. Selama ini, tanaman yang memiliki nama asli Mecca Manjakani hanya dipakai sebagai obat tradisional oleh orang Arab, Iran, Cina, India, dan Melayu.

Berkat teknologi, buah manjakani diambil ekstraknya kemudian diformulasikan dalam pelumas kondom. Dengan cara ini, ekstrak manjakani dapat diserap langsung oleh organ intim wanita saat berhubungan yang pada akhirnya diharapkan meningkatkan kepuasan dan keintiman.

"Dengan penggunaan kondom manjakani, kedua belah pihak diharapkan sama-sama memperoleh kepuasan saat berhubungan. Ekstrak manjakani tidak hanya dikenal dapat membantu mengencangkan otot vagina, mengurangi keputihan dan mengurangi cairan, namun juga dapat membantu vagina yang kering," ungkap pakar herbal Prof. Dr. Hembing Wijayakusuma, di Jakarta, Jumat (6/6).

Menurut Hembing,  penggunaan manjakani di zaman dulu biasanya dihaluskan lalu disaring sebelum dioleskan di organ kewanitaan.  Ada pula yang meminum jamu manjakani untuk meningkatkan elastisitas otot area V. Namun begitu, lanjut Hembing,  manjakani tak bisa dipakai begitu saja, karena harus diformulasikan dulu, dicampur dengan herbal lain sesuai dengan tujuan pengobatannya.

Pada kondom manjakani, khasiat ekstraknya diperoleh dalam silicon lubricant yang akan terasa seperti serbuk atau scrub.  Menurut Hembing, ekstrak ini kaya akan zat tannin yang berkhasiat sebagai astringent (menyempitkan pori), mengurangi cairan berlebih dan mengencangkan dinding vagina dan menambah kerapatan.

"Ekstrak ini nantinya akan terasa seperti scrub yang merangsang vagina di awal-awal, namun tidak akan menimbulkan iritasi karena akan larut atau hilang dengan sendirinya," ujar Prof Hembing.

Kondom Manjakani ini diproduksi oleh sebuah perusahaan Malaysia, dan  akan segera  dipasarkan secara luas  ke beberapa kota di Indonesia. (Kompas,Jumat, 6/6/2008)

Lebih Dekat dengan Kondom


 Selain untuk mencegah kehamilan, kondom juga dapat menghindarkan pemakainya dari penyakit menular seksual. Itu sebabnya, bagi banyak pasangan, bercinta dengan kondom sudah menjadi kewajiban.

Namun, masalahnya sarung karet ini terkadang dianggap penghalang. Bercinta dengan kondom sering membuat sensasi bercinta sedikit berkurang. Alhasil, tak sedikit orang menghindari menggunakannya dengan berbagai alasan.

Benarkah demikian? Mari cari tahu faktanya dengan mengenal kondom lebih jauh.

Berpelumas Air
Banyak anggapan yang mengatakan menggunakan kondom menyakitkan. Padahal, faktanya hampir semua kondom mempunyai silikon atau pelumas dari air. Hal ini untuk mengurangi rasa sakit selama digunakan. Namun jika pada saat berhubungan merasakan sakit, sebaiknya Anda berkonsultasi ke dokter untuk mengecek apakah Anda memiliki masalah kesehatan seksual.

Tipis dan Elastis
Kondom dibuat dengan tipis, elastis, dan tahan lama, yang pada kenyataannya tidak menghilangkan sensitivitas secara keseluruhan. Lebih dari itu, adanya kondom yang mengandung pelumas direkomendasikan bagi yang mengalami masalah untuk mencapai orgasme.

Tersedia Tiga Ukuran
Kondom dapat dibagi dalam 3 ukuran grup tergantung lebarnya, yaitu 48-50 mm dan 54-56 mm. Untuk panjang rata-rata sama, yaitu 19-20 cm. Dari survei yang dilakukan Durex, sekitar 40-70 persen pembelian kondom dilakukan oleh perempuan. Jadi, anggapan kondom harus dibeli oleh lelaki bisa dibilang mitos saja.

Tidak Menimbulkan Alergi
Kebanyakan kondom memang terbuat dari bahan lateks alias karet. Bagi sejumlah orang, bahan ini memang bisa menimbulkan alergi. Menurut US National of Allergy and Infectuous Disease, skitar 6 persen lelaki dan perempuan sensitif terhadap protein yang terkandung di dalam karet lateks. Akibatnya adalah rasa gatal dan timbul ruam merah, bahkan bisa sesak napas.

Bagi Anda yang tak bisa menggunakan bahan lateks, bisa memilih kondom yang terbuat dari bahan non lateks yaitu polyutherane yang banyak dijual di pasaran. Mana yang lebih baik? Kedua jenis kondom ini terbukti sama efektifnya, kok.

(Majalah Chic, Kompas, Sabtu, 22/5/2010)

Mas, Pake Kondom ya...Saya Pakein Mau...?


Tak mudah memang mewajibkan para pekerja seks komersial menggunakan kondom. Pelanggan atau lelaki hidung belang merasa tidak nikmat bila menggunakannya.

Rediscoveri Nitta, Manajer Program Penanggulangan AIDS pada kelompok Berisiko Tinggi Yayasan Kusuma Buana sudah membekali para PSK ilmu rayuan, "Mas, make kondom itu enak, tidak terasa kok. Pokoknya saya pakein. Saya pakekin pake mulut ya...!"

Sayang, upaya ini masih bisa dibilang gagal. Para pelanggan lelaki kerap enggan memakai kondom bila diminta. Para hidung belang berkilah bahwa, memakai kondom, kenikmatannya kurang. "Enak saja, orang sudah bayar kok tidak bersentuhan langsung," tutur Nitta meniru kata-kata para hidung belang.

Akibatnya, sudah bisa ditebak, para PSK-lah yang menjadi korban. Saat ini, di Jakarta Barat ada sekitar 350.000 pelanggan dengan 13.600 PSK. "Kira-kira 10 persen dari PSK tersebut terkena infeksi menular seksual (IMS)," kata Nitta.

Karena itu, menurut Nitta, pengawasan terhadap penggunaan kondom mesti dilakukan secara ketat dan serius. Dari sisi regulasi, kata Nitta, sudah ada yang mengatur seperti dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang mengatakan bahwa di tempat hiburan wajib disediakan alat pencegahan, walau tidak eksplisit menyebut kondom.

Namun sayang, kontrol di lapangan sangat lemah. Ada tempat hiburan yang membiarkan pelanggannya tidak memakai kondom, tetapi tidak diambil tindakan. Demikian diungkapkan Nitta. Kontrol yang lemah dari pusat mengimbas pada tingkat bawah, yaitu tempat-tempat hiburan.

Sebenarnya, di antara para pengelola hiburan sudah ada kesepakatan untuk mewajibkan para pelanggan memakai kondom. Jika tidak, maka mereka tidak diterima di tempat tersebut. "Tapi, dalam perjalanan ini juga tidak jalan," sesal Nitta.

Alasannya adalah soal ekonomi. Dimulai dengan beberapa tempat hiburan yang menerima tamu tanpa kondom karena tuntutan ekonomi, lalu diikuti tempat hiburan lain karena takut ditinggalkan pelanggannya. "Memang sulit, tetapi ini mesti terus kita perjuangkan," tekad Nitta.

"Sekarang ini kuncinya ada pada laki-laki dan tempat hiburan," tegas Nitta. Ia mengakui, laki-laki sangat sulit untuk dijangkau. Kalau untuk PSK-nya sudah mereka beri masukan serta edukasi dan mereka bisa mengerti. Sekalipun demikian, usaha-usaha edukasi untuk para laki-laki terus dilakuan.

"Kami adakan Pojok Informasi di tempat-tempat berisiko tinggi, seperti terminal, stasiun, pangkalan-pangkalan truk, daerah perdagangan seperti Glodok. Kalau di perusahaan, kami memilih tempat yang karyawannya didominasi laki-laki dengan mobilitas tinggi serta banyak uang, seperti perusahaan gas dan minyak, manufaktur, dan pelabuhan," kata Nitta. Harapannya, penyebaran HIV/AIDS dapat ditekan dengan kesadaran menggunakan kondom. (kompas,Selasa, 31/3/2009)

Mengenal Asal Mula Kondom

Rasanya semua orang sudah tahu alat kontrasepsi bernama kondom. Selain untuk mencegah kehamilan, sekarang fungsi kondom meningkat untuk mencegah penularan penyakit kelamin atau penyakit HIV/AIDS. Tapi, tahukah Anda bagaimana awal mula ditemukannya kondom?

Masih belum jelas dari mana kata "kondom" berasal. Ada yang menduga kata itu berasal dari sebuah kota bernama Condom yang terletak di provinsi Gascony, sebelah barat daya Perancis. Pria-pria dari kota Condom ini terkenal dengan sifatnya yang menyukai seks, kurang sabar, dan gampang marah, kurang lebih seperti karakter tokoh Cyrano de Bergerac dalam drama karya sutradara Edmond Rostrands.

Pendapat lain mengatakan kata kondom diambil dari nama Dr.Condom, seorang dokter asal Inggris yang bergelar Pangeran. Pada pertengahan tahun 1600, ia yang mula-mula mengenalkan corong untuk menutupi penis untuk melindungi King Charles II dari penularan penyakit kelamin.

Menurut Charles Panati, dalam bukunya Sexy Origins and Intimate Things, sarung untuk melindungi penis telah dipakai sejak berabad silam. Sejarah menunjukkan orang-orang Roma, mungkin juga Mesir, menggunakan kulit tipis dari kandung kemih dan usus binatang sebagai "sarung".

Kondom primitif itu dipakai bukan untuk mencegah kehamilan tapi menghindari penyakit kelamin. Untuk menekan kelahiran, sejak dulu pria selalu mengandalkan kaum perempuan untuk memilih bentuk kontrasepsi.

Adalah Gabriello Fallopia, dokter dari Italia yang hidup di abad ke-17 yang pertama kali menjelaskan dua tabung pipih yang membawa sel telur dari ovarium ke uterus. Ia dikenal sebagai "bapak kondom" karena pada pertengahan tahun 1500 ia membuat sarung linen yang berukuran pas (fit) di bagian penis dan melindungi permukaan kulit. Penemuannya ini diuji coba pada 1000 pria dan sukses.

Kondom di abad 17 berbentuk tebal dan dibuat dari usus binatang, selaput ikan atau bahan linen yang licin. Namun karena kondom dipandang mengurangi kenikmatan seksual dan tidak selalu manjur mencegah penularan penyakit (akibat penggunaan berulang kali tanpa dicuci), kondom pun menjadi tidak populer dan jadi bahan diolok-olok. Seorang bangsawan Perancis bahkan menyebut kondom sebagai "tameng melawan cinta, sarung pelindung dari penyakit".

Meski begitu, kondom tetap dipakai karena pada masa itu banyak pria yang khawatir tertular penyakit kelamin. A Classical Dictionary of the Vulgar Tongue yang terbit di London tahun 1785 menyebut kondom sebagai "usus kambing kering yang dipakai pria dalam hubungan seks untuk mencegah penularan penyakit".

Bentuk kondom pun makin lama semakin disesuaikan agar tujuan "aman dan nyaman" tercapai. Setelah era usus kambing, beberapa bahan pun dicoba untuk membuat kondom:

- Kondom karet
Sarung yang dibuat dari karet tervulkanisir muncul di tahun 1870. Masyarakat kemudian hanya menyebut sarung tersebut "karet". Pada masa itu kondom karet sangat mahal dan tebal. Para penggunanya disarankan untuk mencucinya sebelum dan setelah hubungan seksual. Mereka boleh memakainya sampai karetnya bocor atau pecah.

- Kondom latex
Jauh lebih tipis, steril, dan hanya sekali pakai, kondom generasi terbaru ini mulai diperkenalkan tahun 1930-an. Beberapa kondom pun didesain dalam bentuk lonjong dan efek menggelitik untuk kepuasan wanita. Kondom ini pun sudah memiliki tudung untuk menampung sperma sehingga lebih nyaman bagi pria dan aman untuk wanita.

- Kondom polyuretan
Ini merupakan versi terakhir dari kondom. Bahannya lebih tipis dari latex, lebih kedap dan anti bocor, serta memiliki pelumas. Kondom baru ini dianggap ideal untuk pria dan aman untuk wanita yang alergi terhadap latex. (Kompas,Rabu, 5/8/2009)

Mitos dan Fakta Seputar Kondom

Banyak mitos tentang kondom yang membuat orang ragu menggunakannya. Agar tak salah kaprah, ketahui fakta dan dapatkan manfaatnya.

Mitos: Tetap bisa hamil meski menggunakan kondom
Fakta: Penggunaan kondom sebenarnya lebih untuk mengurangi risiko terjadinya kehamilan. Jadi, risiko tetap ada meski presentasenya kecil, terutama jika kondom pecah atau bocor.

Mitos: Kondom mengurangi kenikmatan seksual
Fakta: Kondom pada masa kini sudah mengalami banyak perubahan dan perbaikan. Kondom terbuat dari material yang tipis, elastis, dan awet sehingga sama sekali tidak mengurangi tingkat sensitivitas kulit. Kondom juga tersedia dalam berbagai pilihan warna dan rasa yang dapat membuat permainan cinta Anda dan pasangan jadi lebih menyenangkan. Jadi, tak perlu khawatir.

Mitos: Kondom menimbulkan alergi
Fakta: Kebanyakan kondom terbuat dari lateks. Namun, hanya 1-3 persen orang yang alergi terhadap bahan ini. Toh ada pula kondom yang terbuat dari nonlateks. Orang yang alergi terhadap lateks bisa memilih kondom berbahan baku polyurethane. Mana lebih baik? Tenang, kedua jenis kondom ini terbukti sama efektifnya.

Mitos: Kondom lebih baik digunakan bersama krim, pelumas, dan gel.
Fakta: Sebaiknya Anda tidak mempercayai mitos ini. Pasalnya, gel dan krim tertentu, termasuk baby oil dan hand body, justru dapat menyebabkan rasa gatal, terbakar, ataupun reaksi alergi lain. Zat-zat di dalam gel dan krim tersebut juga dapat merusak kondom.

Bahkan, krim dan pelumas mengandung minyak yang dapat menciptakan lubang pada lateks dengan sangat cepat. Jika ingin tetap menggunakan pelumas, pastikan Anda mengenakan kondom yang terbuat dari bahan polyurethane karena aman digunakan bersama minyak dan pelumas berbahan dasar air.

Mitos: Memasang kondom "meredupkan" ereksi pasangan
Fakta: Mitos ini memang berlaku pada sejumlah orang. Namun, kebanyakan lelaki tetap bisa mempertahankan ereksi selama 15 detik saat kondom menyentuh Mr P mereka.

Namun, bagi Anda yang memiliki pasangan bermasalah dengan kondom, ada banyak cara untuk tidak "membunuh" reaksinya. Pertama, buka dulu kemasan kondom sebelum acara bercinta dimulai. Lalu, tempatkan kondom di samping tempat tidur sebelum pasangan melakukan penetrasi. Sebaiknya Andalah yang memasangkan kondom karena sentuhan Anda yang akan membuat Mr P tetap berdiri seperti yang diinginkan.(Kompas,Jumat, 28/8/2009)

Pria juga Punya Banyak Pilihan Kontrasepsi

SEJAUH ini, wanita memang lebih akrab dengan alat kontrasepsi. Padahal, tersedia juga banyak pilihan alat kontrasepsi bagi lelaki. Dengan lebih mengenal alat-alat kontrasepsi diharapkan pria bisa lebih berperan aktif dalam pengaturan kelahiran anak di masa depan.

Seperti bagi perempuan, kontrasepsi bagi pria dibagi tiga jenis, yakni kontrasepsi hormonal, kontrasepsi non hormonal, dan kontrasepsi mantap (kontap). Kontrasepsi hormonal dilakukan dengan cara menyuntikkan hormon ke tubuh pria.

Metodenya ada dua, yakni: menyuntikkan hormon androgen saja, dan memberi suntikan kombinasi hormon androgen dan progesteron. Suntikan hormon ini bertujuan menekan pembentukan sel sperma hingga di bawah 20.000 sel. Dengan demikian, sel sperma ini tak mampu membuahi sel telur yang matang. Sebab, agar bisa menghasilkan pembuahan, sedikitnya diperlukan 20.000 sel sperma.

Adapun, alat kontrasepsi nonhormonal terdiri dari tiga jenis, yakni kontrasepsi non-hormonal dengan bahan kimia (nonhormonal chemicofamaka), dengan ramuan tumbuh-tumbuhan (nonhormonal phytofarmaka), dan kontrasepsi nonhormonal fisik.

Pada kontrasepsi non-hormonal dengan bahan kiinia dan tanaman, pemakaiannya biasanya dengan cara disuntikkan atau diminum. Sari tumbuhan yang bisa dipergunakan untuk menekan jumlah sel sperma, misalnya oluah nanas muda, air rendaman gambir, dan buah mengkudu.

Sementara kontrasepsi fsik bisa dilakukan dengan cara: pemakaian kondom, pemanasan buah zakar, dan penutupan buah zakar dengan polyester.

Tidak bisa dipungkiri, pemakaian kondom adalah yang paling lazim dilakukan. Pasalnya, kondom bisa dengan mudah dibeli di apotek dan pemakaiannya praktis. Pemakaian kondom mencegah masuknya sperma masuk ke vagina yang menyebabkan terjadinya pembuahan.

Pencegahan kehamilan secara fisik bisa juga dilakukan dengan memanasi buah zakar dengan uap air atau cahaya hingga 40-41 derajat celcius selama beberapa menit. Pemanasan ini akan menekan pertumbuhan sel sperma. Tapi memang, cara ini agak merepotkan.

Lebih merepotkan lagi, kontrasepsi dengan cara menutup buah zakar dengan polyester. Sebab proses ini harus berlangsung selama 24 jam secara terus menerus. Karenanya, pria malas melakukan cara ini.

Nah, kontrasepsi untuk pria yang paling efektif mencegah kehamilan adalah vasektomi. Vasektomi dilakukan dengan cara memotong atau mengikat saluran vasika. Bisa juga dengan memasukkan silikon untuk menyumbat saluran vasika. Dengan demikian, sperma tidak bisa keluar dan akan diserap kembali oleh tubuh tanpa efek samping apa pun.

Jika enggan memakai semua cara tadi, kita bisa melakukan kontrasepsi alamiah. Caranya ada dua, yakni melakukan koitus terputus atau melakukan hubungan intim di luar masa subur (sistem kalender). Hanya saja, cara ini memiliki risiko kebobolan yang tinggi. (kompas,Rabu, 17/12/2008)

Sebelum Ber-KB, Pertimbangkan Tujuan dan Kebiasaan

Setelah tahu sisi negatif dan positifnya, kita belum bisa begitu saja memutuskan jenis kontrasepsi yang akan kita pakai. Pertimbangan lainnya adalah tujuan pemakaian kontrasepsi itu: apakah masih mau menambah anak, menjarangkan jarak kehamilan, atau sudah tidak ada rencana menambah anak.

"Kalau sudah memutuskan tidak menambah anak lagi, maka lebih baik menggunakan kontap (kontrasepsi mantap)," saran Boyke Dian Nugraha, Spesialis Obstetri dan Ginekolog Klinik Pasutri, Jakarta.

Tapi bagi pasutri yang masih ingin menambah anak, alternatifnya adalah suntik, susuk, pil, atau spiral. Sementara, bagi yang ingin menjaga jarak kehamilan, sebaiknya memilih kontrasepsi yang tidak membahayakan kandungan, seperti kondom.

Selain itu, dalam memilih alat kontrasepsi pertimbangkan pula kondisi kesehatan. Jika menderita hipertensi, penyakit jantung, atau diabetes, sebaiknya Anda tidak memilih kontrasepsi hormonal.

"Karena salah satu efek sampingnya adalah dapat meningkatkan tekanan darah," imbuh Boyke.

Sementara penderita hemophilia tidak diperbolehkan memakai kontrasepsi spiral. Soalnya, pada pemasangan spiral kadang terjadi luka dan pendarahan. Padahal, "Luka yang terjadi pada penderita hemophilia sulit membeku," ajar Boyke.

Pemakaian kontrasepsi hendaknya disesuaikan pula dengan kebiasaan si pemakai (akseptor). Jika akseptor pelupa, kontrasepsi dengan pil mungkin bukan pilihan tepat. Pasalnya, pil harus dikonsumsi setiap hari. Jika Anda pelupa, pemasangan spiral mungkin pilihan yang tepat. Sebab, pemasang spiral cukup dilakukan sekali untuk jangka waktu empat hingga lima tahun.

Sebaliknya, pemakaian spiral sebaiknya dihindari jika Anda atau pasangan memiliki kebiasaan selingkuh. "Kebiasaan suami berganti-ganti pasangan dapat mengakibatkan benang spiral menjadi tempat tinggal penyakit kelamin," tandas Boyke. (Kompas,Rabu, 17/12/2008 )

Suntikan Testoteron, Alternatif Kontrasepsi Pria

Keterlibatan laki-laki dalam penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia memang masih rendah. Selain kondom, vasektomi (memotong saluran benih untuk menghambat transportasi sperma) merupakan pilihan dari jenis kontrasepsi yang saat ini tersedia untuk pria.

Untuk mencari alternatif kontrasepsi terbaru, kini para ahli kini tengah meneliti kontrasepsi pria yang lebih efektif, yakni suntikan testoteron. Berdasarkan uji coba terhadap 1.045 pria sehat berusia 20 - 45 tahun di Cina, suntikan testoteron terbukti efektif sebagai alat kontrasepsi pria.

Para responden yang memiliki pasangan usia subur tersebut disuntik dengan 500 miligram formula testoteron setiap bulan selama 30 bulan. Hasil penelitian menunjukkan angka kegagalan (terjadinya kehamilan) hanya 1,1 per 100 pria dalam kurun waktu 24 bulan. Para peneliti juga melaporkan tidak ditemukannya efek samping dalam penggunaan suntikan ini.

"Hasil penelitian kami menunjukkan kontrasepsi hormonal untuk pria bisa jadi pilihan yang potensial, ramah, dan efektif untuk pria," kata Dr.Yi-Qun Gu, dari National Research Institute for Family Planning, Beijing, Cina. Hasil studi tersebut akan dipublikasikan dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism.

Menurut Gu, percobaan ini merupakan uji klinik kontrasepsi hormonal pria yang terbesar. "Selain berorientasi pada hasil, yang lebih penting adalah keamanan dari kontrasepsi hormonal ini. Terutama terhadap pada kesehatan kardiovaskular, prostat, perilaku pemakainya," kata Gu.

Kompas, Jumat, 5/6/2009